Kamis, 06 Oktober 2011

aku, kamu dan telur dadar

(#15harimenulisdiblog, day #7: #telur dadar)


     Minggu pagi kita selalu seperti ini. Duduk berhadapan untuk sarapan. Aku, kamu dan telur dadar. Lalu kita berbicara tentang apa saja.

     Kamu biasanya belum cuci muka. Kadang berpiyama yang memang sengaja kau simpan di tempatku, "Buat inventaris" katamu. Kadang dengan baju kemarin malam, belum sempat diganti karena kita mengobrol sampai ketiduran. Kadang mengenakan kemejaku yang kelonggaran, sementara baju-bajumu di lantai masih berserakan. Sisa-sisa kebersamaan kita semalam.

"Kenapa telur dadar melulu?" protesku suatu ketika.
"Soalnya cuma itu yang gue bisa masak"
"Ya kamu belajar kek"
"Kepikiran juga sih, eh apa gue les masak aja ya, Ka?"
"Ya ngga usah sampe les segala. Lebay."
"Iiiiih, ya gapapa kali, Kaa. Kan katanya the way to a man's heart is through his stomach. Jadi Ka, untuk mendapatkan hati lelaki itu harus bisa memuaskan perutnya dulu."
"Perut ke bawah sedikit mungkin lebih tepatnya"
"Mesum!" katanya sambil melempar tissue ke wajahku.
"Mesum is my middle name."

     Dan kami pun tertawa bersama beberapa saat sebelum kembali diam menikmati telur dadar.

***

"Ka, malem ini gue ga nginep yaa"
"Kenapa? Tumben." Aku berusaha menampilkan mimik wajah sewajar mungkin.
"Gue mau ngedate Kaa! Yaaayyy! Ya ampun Kaa, setelah 3 bulan malem mingguan sama lo doank akhirnya ada juga yg ngajakin gue ngedate"
"Hah? Siapa? Ada gitu yang mau ngedate sama kamu?"
"Kaaaa, lo nih bukannya seneng gue akhirnya laku. Lagian kan biar lo ga ada yang gangguin nonton bola malem minggu"
"Iya sih. Tapi kan ngga seru juga abis nonton pertandingan olahraga tidak dilanjutkan dengan 'berolahraga'" aku memberi penekanan pada kata terakhir.
"Hahaha, elo mah mesum mulu mikirnya, ka"
"Mesum is my middle name. Iya deh, pergi sana, jarang2 nih ada lelaki khilaf"
Dia memukul lenganku pelan.

     Malamnya dia mampir. Aku agak kaget. Sekaligus senang. "Ga jadi ngedate?"
"Aduh Kaa. I need your help. Saking lamanya ga ngedate gue bingung banget. Nervoussss. Gini nih nasib jomblo lapuk." Dia masuk dengan membawa sebuah tas besar.
"Lah, katanya ga nginep malah bawaan kamu seabreg"
"Aku bingung Ka mau pake baju apa"

     Adegan selanjutnya adalah dia bolak balik ke kamar mandi, mencoba berbagai jenis dress yang dia bawa, kemudian keluar untuk menanyakan pendapatku. Yang biasanya hanya aku tanggapi dg "hmmm".
"Atau yang ini aja kali ya, Ka" katanya dari dalam kamar mandi. Ini adalah gaun ke-13 yang dia coba. Aku kembali hanya ber-hmm sambil tetap membolak-balik koran mencari artikel "Acara Hari Ini"
"Tadaaaaaa" Dia keluar dengan dress hitam selutut. Yang harus kuakui membuatnya tampak, ehm...menggoda.
"Ini dress andalan gue, Ka. Bagus kaaan?" katanya dengan nada pamer.
"Hmmm, lumayan. Coba buka." alisku kunaikkan satu.
"Hahahaa, Kaaaa, dasar mesum lo!"

     Tak lama dia siap dengan make-up lengkap. Iya, dia berdandan. hal yang tak pernah dia lakukan saat bermalam minggu denganku.
"Ka, aku titip baju-bajuku dulu ya. Kapan-kapan aku ambil deh" Aku menjawab dg mengacungkan jempolku, lalu aku mengantarnya sampai pintu. Sebelum keluar dia berbalik sejenak

"Oiya, di kulkas lo masih ada telor tuh, buat sarapan lo besok, Ka. Kemaren gue belinya agak banyakan, kirain bakal melewatkan banyak malem minggu sama lo, hehe"

***

     Dan esoknya aku memasak telur dadar. Sarapan. Sendirian.

     Dan menyadari betapa aku kesepian.

***

"Kaaa"
Minggu pagi itu tiba-tiba dia datang lagi. Setelah 4 minggu pagi yang aku lewati hanya bersama telur dadar.

"Lagi ada siapa di dalem?" katanya sambil melongokkan kepala ke dalam.
"Ga ada siapa2." jawabku sambil membuka pintu lebar-lebar.
"Hah? Tumben, Ka. Dulu jaman2 sebelum gue rajin nginep sini bukannya lo tiap malem minggu selalu bawa wece-wece"

Jangan sampai dia tahu seleraku pada perempuan sepertinya sudah hilang. Kecuali untuk perempuan yang satu ini, yang sekarang nyelonong masuk ke dapurku dengan sekeranjang belanjaan.

"Mau ngapain?"
"Diiih, galak amat. Gue cuma mau ambil baju2 gue!!! Puass?? Udah lama ga ketemu bukannya bilang kangen kek, peluk2 gue kek."

Jangan sampai dia tau sejak membuka pintu tadi aku berusaha sekuat tenaga menahan diri untuk TIDAK melakukan KEDUAnya.

"Hahaha, sensi banget. Lagi dapet?" jawabku asal. Dia tidak memperdulikan dan mulai mengeluarkan satu persatu belanjaannya. Sayur mayur, daging cincang, bumbu2 dapur....

"Jiailah, Nona Telur Dadar mau masak beneran?"
"Haha, sialan lo. Iya nih, rencana gue mau praktekin hasil les masak gue"
"Hah? Kamu beneran les masak??"
"Iya kaaa...si Randy tuh ga terlalu suka makan di luar, makanya gue belajar masak. Terus pengen masak buat dia malem minggu depan"
"Trus masaknya masa udah dari sekarang? Kamu mau kasi dia masakan basi?
"Hahaha....Kaaaaa, lo tuh emang sahabat gue paling lucu. Ya enggalah, ini percobaan dulu, ntar lo cobain ya  Ka, enak apa engga, terus kurangnya apa, terus..."

     Dia lalu berceloteh panjang lebar, tapi yg berputar di kepalaku hanya kalimatnya "Lo tuh emang sahabat gue paling lucu". Jadi 3 bulan kemarin kami bersama tiap malam minggu, dan berlanjut sarapan bersama tiap minggu pagi, dan dia bermalam di tempatku (baik itu bermalam dalam tanda kutip, atau bermalam dalam arti sebenarnya yaitu cuma sekedar numpang tidur), adalah karena dia menganggapku...sahabatnya. Well, OK.


"Ya tapi kenapa mesti sampe pake acara les segala sih?" Entah karena apa tiba-tiba aku sudah membantunya memotong-motong wortel dengan gerakan yang kaku.
"Ya karena seperti yg dulu gue bilang Ka, gue cuma bisanya masak telur dadar, sementara kan the way to a man's heart is through his stomach"


mungkin kata-kata itu ada benarnya.
yang dia tidak tahu, sesungguhnya dia tidak perlu memasak sampai heboh seperti ini
buktinya untuk menuju hatiku,
dia cuma perlu telur dadar.



P.S.
ada yang saya pinjam "sinis dan sok cool"nya
ada yang saya pinjam "mesum is my middle name"nya
ada yang saya pinjam "lumayan, coba buka"nya
Terimakasih para lelaki :D 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar