Sabtu, 29 September 2012

I do (not)

"Kasih aku waktu sebentar buat mikir"

Sudah lebih dari 15 menit sejak kamu mengucapkan kalimat itu. Berarti sudah 15 menit aku duduk diam menunggu layaknya orang dungu. Dan sudah 15 menit kamu memasang mimik 'sedang serius berpikir' di wajahmu.

"Hey, apalagi sih yang musti dipikirin??"
Rasanya ingin sekali aku meneriakkan pertanyaan ini sambil mengguncang-guncang bahumu.

Ya, apalagi yang sebenarnya musti kamu pikirkan?

Aku kira kedekatan kita selama tiga bulan tidak akan membuatmu harus berpikir sekeras ini. Pergi berdua setiap malam minggu, berjalan bergandengan, menonton bioskop sambil berpegangan tangan, pelukan selamat jalan di depan pagar kos-kosan, saling mengirim pesan singkat sepanjang hari, menelpon hingga ketiduran di tengah malam, bercanda mesra di jejaring-jejaring sosial...

Apakah semuanya masih belum cukup?

Apalagi yang harus kamu pikirkan? 

Seingatku kamu tidak harus berpikir selama ini saat membalas ciumanku di hari ulang tahunmu. Kamu pun langsung menerima buket bunga yang kubawa dengan raut wajah yang gembira di suatu malam minggu. Kamu tanpa pikir panjang mengucapkan 'kangen' saat 4 hari berturut-turut kita tidak bertemu.

Lalu apa yang sebenarnya saat ini kamu pikirkan?

Tiba-tiba kamu menegakkan kepalamu dan memandangiku. Selama beberapa menit hanya itu yang kamu lakukan. Aku bisa merasakan jantungku memompa darah lebih kencang dari yang seharusnya. Rasa percaya diri yang kubawa dari rumah seakan luruh pelan-pelan.

Lalu kamu menghembuskan nafas panjang, tersenyum dengan sangat manis.
Sebelum akhirnya mengulurkan 
tangan kirimu.

"Maaf ya"




Madu di tangan kananmu, 
racun di tangan kirimu
Aku tak tahu mana yang akan kau berikan padaku...
(Madu dan Racun - Arie Wibowo)

Jubing Kristianto

Jumat, 14 September 2012

(Bukan) Cinta Pertama

Dear diary,

Akhirnya aku tahu tentang perasaan yang diceritakan pada hampir semua lagu. Selama ini aku hanya mendengar lirik saja, kini aku sendiri yang langsung merasakannya. Makanku tak enak, tidurku tak pernah nyenyak. Aku lebih banyak melamun, membayangkannya kami, dan lalu berakhir dengan tersenyum sendiri. Aku tidak sabar untuk berangkat sekolah hanya agar bisa bertemu dengannya. Berdandan lebih lama dari yang biasanya, agar tampak menarik di matanya. Berpura-pura meminjam pulpen hanya untuk sekedar mengajaknya berbicara. 

Tidak, aku tidak gila. Aku hanya jatuh cinta.

***

Dear diary,

Hari ini kami bermain bersama sepulang sekolah. Sebenarnya biasa saja, hanya duduk-duduk sembari berbagi cerita. Tapi kurasa hal sesederhana apapun pasti akan terasa istimewa jika dilakukan bersamanya. Kemudian kami makan bakso di seberang sekolah. Dia mengandeng tanganku saat akan menyeberang. Aku bisa merasakan jantungku berdebar lebih kencang. Aku sangat gugup. Gugup sekaligus senang.

***

Dear diary,
Hari ini aku bercerita tentang dia pada mama. Mama marah besar. Kata mama aku masih kecil, tidak tahu apa-apa tentang cinta. Kata mama aku tidak boleh dekat-dekat lagi dengannya. Tidak boleh main bersamanya, bahkan tidak boleh sekedar meneleponnya. Aku sedih. Sedih sekali.

Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?

Kenapa aku tidak boleh jatuh cinta padanya?

Kenapa?

Kenapa aku tidak boleh jatuh cinta pada perempuan pilihanku
hanya karena aku juga seorang perempuan?









Apa jadinya dunia
Kalau mereka tahu tentang kita
(Cinta Terlarang - Rio Dewanto)

Selasa, 11 September 2012

Calon Pengantin

jangan kau tinggalkan
bila kekasih mengetuk pintu
(Baju Pengantin - Chrisye)


Dia datang. Refleks aku tersenyum. Tapi senyumanku berangsur memudar melihat tiga orang di belakangnya. Pasti kami berdua tidak akan mengobrol banyak apabila dia datang bersama bapak-bapak itu. "Nasi campur empat" kata salah satu bapak yang berjanggut paling panjang. Aku tidak menjawab, hanya bergegas menyiapkan pesanan tersebut. Sekilas aku meliriknya, dia ternyata juga tengah memperhatikanku. Kurasakan pipiku memerah.

***

Aku agak kecewa mereka turut serta bersamaku. padahal mungkin ini kesempatan terakhirku bertemu dengannya. Terakhir? Sebenarnya hanya aku yang bisa menetukan apakah ini yang terakhir atau bukan. Tapi aku sudah sejauh ini. Hari H sudah dekat. Aku tidak bisa mundur lagi. Tidak bisa? Entahlah. Terlalu banyak pikiran di kepalaku. Mungkin semuanya tidak akan sesulit ini apabila aku bertemu dengannya lebih awal. Atau justru bertemu dengannya lebih awal pun tidak akan mengubah apa-apa? Aku mengenyahkan semua pikiran dari kepalaku dan mencoba fokus pada diskusi kami. Tapi mataku entah mengapa seperti terpaku ke arahnya. Dia sempat mencuri pandang padaku, kemudian membuang muka malu-malu. Manis sekali. Seandainya...

"Besok kita laksanakan." tepukan di bahu membuyarkanku dari lamunan. 

Aku diam. Tidak menjawab. Dan pernyataan itu memang tidak membutuhkan jawaban.

***

Aku bersiap menutup warung ketika dari kejauhan aku melihatnya setengah berlari menuju arahku. Seperti biasa dia memberi salam yang kali ini kujawab sambil susah payah menyembunyikan senyumanku. "Masih ada nasi?" tanyanya. Aku mengangguk pelan. Kusiapkan nasi pesanannya sambil sesekali meliriknya. Dia nampak gelisah. Dia memang selalu kelihatan gelisah, tapi kali ini aku tahu ada sesuatu yang tidak beres. "Tadi bukannya sudah makan?" tanyaku saat menyodorkan piring ke meja di hadapannya. Dia hanya tersenyum sejenak, lalu menjawab, "Mumpung masih bisa." Mungkin karena melihatku mengernyit heran, dia kemudian menyambung singkat "Udah laper lagi". Aku tengah membereskan piring-piring yang baru selesai dicuci ketika tiba-tiba dia bertanya "Lagu ini yang nyanyi siapa ya?". Ini adalah lagu saat dia pertama datang ke sini kira-kira sebulan yang lalu. Aku ingat sekali. "Kalau dari suaranya sepertinya Chrisye."

Kalimat singkat darinya kemudian mampu membuatku terkejut, sekaligus senang. Sangat senang.
"Ini kan lagu yang sama seperti waktu saya pertama kali ke sini."

Ah, dia juga ingat rupanya.

***

Hari ini akhirnya tiba juga. Untuk beberapa menit otakku memutar ulang kembali sepotong demi sepotong peristiwa kemarin sore. Sore yang mungkin adalah sore paling indah buatku. Padahal tidak ada apa-apa. Hanya obrolan-obrolan singkat, tentang lagu, tentang harga-harga yang naik, tapi entah kenapa saat itu rasa bahagia memenuhi dadaku. Bahkan hanya membayangkannya kembali seperti ini pun aku masih bisa merasakan bahagia itu. 

Tapi aku tahu semuanya hanya kebahagiaan fana. Karena bahagia yang abadi adalah episode setelah ini.

Aku melangkah mantap. Apapun tidak akan menghentikan perjuanganku. Apapun. 
 
"Allahu Akbar"

....


*** 

Ketukan di pintu membuatku beranjak dari depan TV yang tengah menayangkan berita bom bunuh diri terbaru. Aku bertanya-tanya siapa yang datang. Ini masih terlalu pagi untuk sarapan, warung juga belum waktunya buka. 
Bapak penjaga masjid berdiri di luar, mengucap salam lalu mengulurkan amplop putih. Aku bisa merasakan senyum tersungging di bibirku saat bapak itu menyebut amplop itu adalah dari pemuda yang sebulan ini memenuhi pikiranku, ya amplop itu darinya. "Tadi dititipkan setelah selesai sholat Shubuh berjamaah". Kuucapkan terimakasih lalu kembali masuk ke dalam rumah. Bisa kurasakan jantungku berdebar lebih cepat dari yang seharusnya. Kubuka amplop itu perlahan. Sepucuk surat. Isinya hanya bacaan basmalah dalam tulisan arab dan sepotong kalimat,

"Kini telah kujumpa, air sejuk pelepas haus dahaga"

Entah kenapa airmataku menetes. Mungkin karena aku tahu, ini bukan surat cinta.

Ini surat wasiat.

Sabtu, 08 September 2012

insomnia

Ini adalah malam ketiga sejak kamu kembali ke kotamu,
malam ketiga aku harus kembali tidur sendiri

Tidak, aku tidak menangis. Aku hanya terjaga tanpa melakukan apa-apa. Selain membayangkanmu, membayangkan kita. Dan membayangkan betapa hampanya saat aku harus bangun esok hari. Terbangun, lalu menyadari di sampingku tidak ada kamu lagi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Aku menguap untuk yang kesekian kali. Iya, sesungguhnya aku merasakan kantuk yang amat sangat, tapi entah kenapa meski mataku sudah terpejam, aku tidak juga terlelap. 

Ah tidak, aku tahu kenapa.

Karena
tidak ada bantal senyaman lenganmu,
tidak ada selimut sehangat pelukmu,
tidak ada tidur senyenyak bersamamu.

Maka yang bisa kulakukan hanya menunggu,

menunggumu kembali dan mengakhiri insomnia ini.


'Cause when you’re around I feel safe and warm 
'Cause when you’re around I can fall in love every day
(On The Night Like This - Mocca)



Minggu, 02 September 2012

lagu senja favoritmu

Obrolan 'ringan' bersamamu tidak pernah benar-benar ringan. Selalu lebih 'berbobot' dari yang seharusnya. Padahal kita hanya membicarakan tentang lagu, tapi buatku itu adalah obrolan yang berat. Berat karena aku harus bicara sambil terus menahan gejolak kupu-kupu di perutku. Berat karena selain mengobrol denganmu, aku tidak berhenti bermonolog dengan diriku sendiri.

aku: "Kenapa harus dia sih?"
aku: "Ya mana aku tau, aku kan juga ga bisa ngatur."
aku: "Ya tapi gimana kek, jauhin kek."
aku: :(
aku: "Nanti kamu sendiri yang sakit."
aku: :(

Dan yang paling berat dari semua adalah menahan diriku agar tidak lalu tiba-tiba memelukmu dan menumpahkan segala yang seharusnya hanya kusimpan sendiri.

Saat itu kamu tengah bercerita tentang lagu-lagu yang menurutmu sangat pas didengarkan saat hari mulai beranjak senja. Lagu-lagu yang sepi, mendayu-dayu, dan bisa membuat kita merenung sejenak tentang hari yang baru saja terlewati. Lalu kamu sampai pada satu lagu senja favoritmu.

"Ini lagunya cocok banget didengerin pulang kerja sore-sore. Pas lagi nyetir sendirian waktu senja terus langitnya warna jingga."

Dan kamu bersenandung kecil, "Hold back the night from us, cherish the light for us, don't let the shadows hold back the dawn.... Coba deh kamu cari terus dengerin. Bagus. Beneran"

Yang kamu tahu, aku menjawab dengan, "Okee, kapan-kapan aku cari kalo sempet."
Yang kamu tahu, kemudian kita kembali mengobrol 'ringan' dengan topik-topik sepele lainnya.

***

Yang tidak kamu tahu, saat itu juga aku langsung mencari lagu yang kamu maksud di internet.

Yang tidak kamu tahu, aku langsung mendownload dan menyimpannya di telepon genggamku,
agar bisa kudengarkan kapan saja.

Yang tidak kamu tahu, aku selalu memutar lagu itu.

Tidak hanya saat senja dan langit berwarna jingga,

tapi setiap aku mengingatmu, 
lalu kemudian jatuh rindu.






P.S.
ditulis 22 September 2011 
tapi waktu itu tidak berani dipublikasikan :')