Nak, jangan lekas besar
Dunia orang dewasa itu kejam dan brutal
Di dunia kami yang berharga hanya uang dan jabatan
Bukan lagi koleksi boneka atau mobil-mobilan
Nak, jangan lekas besar
Saat dewasa nanti kamu akan jarang bercengkerama dengan teman-teman
Karena mereka masing-masing sibuk berkutat dengan telepon genggam
Nak, jangan lekas besar
Saat kau dewasa tak ada lagi kesempatan bermain petak umpet atau layangan
Waktumu akan habis untuk bekerja seharian
Bahkan kadang masih harus lembur sampai malam
Nak, jangan lekas besar dulu
Nikmatilah sepuasnya masamu
Masa dimana masalah terpelik yang mungkin kau alami
Hanyalah memilih krayon warna apa untuk mewarnai
#PeopleAroundUs #day1
Rabu, 11 September 2013
Jumat, 06 September 2013
dua kopi kotak siap minum
Sarapan kita pagi ini adalah sebungkus besar keripik kentang rasa sapi panggang dan dua kopi kotak siap minum. Milikku warna biru, milikmu kotaknya warna ungu.
Mungkin yang kita minum pagi ini hanya dua kotak siap minum saja. Tapi kelak akan kuseduhkan untukmu kopi sesungguhnya. Kopi yang dibuat dengan coffee maker di dapur rumah kita. Setiap pagi akan kusiapkan dua...ah tidak, cukup secangkir saja.
Untukmu.
Aku cukup mencicipi sedikit sisa yang masih menempel di bibirmu.
Mungkin yang kita minum pagi ini hanya dua kotak siap minum saja. Tapi kelak akan kuseduhkan untukmu kopi sesungguhnya. Kopi yang dibuat dengan coffee maker di dapur rumah kita. Setiap pagi akan kusiapkan dua...ah tidak, cukup secangkir saja.
Untukmu.
Aku cukup mencicipi sedikit sisa yang masih menempel di bibirmu.
Jumat, 10 Mei 2013
Kisah Pembunuh Bayaran
Mereka pembunuh bayaran.
Mereka berdua hidup dari kematian
orang-orang yang bahkan mereka tidak ingat lagi nama-namanya. Ya, mereka
hanya berdua, tapi nyawa yang teregang sudah tidak terhitung jumlahnya. Korban
mereka beragam, tapi sebagian besar adalah orang-orang yang cukup berpengaruh dan punya jabatan. Masih
ingat politisi yang tempo hari tewas dalam kecelakaan lalu lintas? Bukan, itu
bukan kecelakaan. Salah satu ciri 'hasil karya' mereka adalah membuat korban
seakan meninggal dengan ‘wajar’.
Malam ini sama seperti
malam-malam lain yang mereka punya. Berkumpul di sebuah tempat terpencil, kali
ini adalah sebuah warnet tak bernama di sebuah gang sempit ibukota, untuk
membicarakan rencana pembunuhan selanjutnya.
“Pekerjaan kali ini terlalu
mudah. Kita hanya perlu menyamar sebagai perawat rumah sakit, mencabut selang-selang
di tubuhnya. Tamat.” Kata lelaki pertama.
“Sungguh tidak menantang. Lagipula
kenapa harus susah-susah membayar kita untuk membunuh, toh sebentar lagi
menteri renta itu mampus digerogoti penyakitnya.” Lelaki kedua menimpali.
“Wakil menteri sudah sangat tidak
sabar menggantikan posisi si tua bangka. Kau sendiri dengar berapa bayaran yang
akan dia berikan un....”
BRUKK!!!
Mereka terkesiap mendengar suara
dari bilik sebelah.
“Kau bilang warnet ini kosong,
brengsek?!” Lelaki kedua memaki dalam bisikan.
“Mana kutahu akan ada yang
datang?!”
Suara berisik tadi sudah tidak
terdengar, berganti dengan suara langkah kaki menjauh diikuti suara pintu
warnet yang dibuka, dan kemudian menutup kembali dengan sendirinya.
“Menurutmu apakah dia
mendengarnya?”
“Menurutmu apakah suaramu yang
seperti toa itu tidak akan terdengar dari radius kurang dari 100 meter?” Lelaki
kedua menaikkan intonasi, geram pada rekannya sendiri.
“Menurutmu kita perlu
menghabisinya?”
“Menurutmu kita perlu menunggu
siapapun-orang-di-bilik-sebelah-tadi menyebarluaskan apa yang barusan dia
dengar?” Lelaki kedua setengah menyeret lelaki pertama keluar dari bilik
mereka, membayar biaya sewa warnet yang tidak sampai satu jam digunakan dan
bergegas menuju mobil merah butut merah yang terparkir di depan gang.
Tidak sampai 5 menit mobil tua itu berjalan, “Gadis kuncir kuda,
kemeja hijau dan rok bunga-bunga. Persis kata penjaga warnet tadi.” Dengan satu
tangan tetap memegangi setir, lelaki kedua menunjuk sosok yang jaraknya sekitar 500 meter di depan mobil mereka.
“Sepertinya dia masih sangat
kecil, menurutmu apakah...?” Belum selesai lelaki pertama menyelesaikan
kalimatnya, lelaki kedua mempercepat laju mobil mereka.
Yang selanjutnya terjadi hanya
bunyi benturan, jeritan disusul jeritan, lalu hening di dalam mobil mereka
selama perjalanan kembali ke rumah kontrakan.
***
Pagi harinya mereka duduk berdua
di meja makan. Berhadapan, namun tidak saling bicara. Kopi di cangkir
masing-masing mulai mendingin tanpa disesap sedikitpun oleh pemiliknya. Di meja
tergeletak sebuah harian lokal, terbuka pada halaman berita berjudul:
“SEORANG GADIS TUNARUNGU MENJADI
KORBAN TABRAK LARI”
***
Mereka pembunuh bayaran.
Dulunya.
Sekarang mereka adalah satpam di
sebuah sekolah luar biasa. Mereka berdua hidup dari tawa anak-anak yang
menjadikan isyarat sebagai bahasa.
10 Mei 2013
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan menulis # nguping dari sini
Rabu, 08 Mei 2013
Forget Love, I’d Rather Fall in Chocolate
Tidak ada yang bisa mengalahkan
nikmatnya secangkir coklat hangat sebelum tidur. Semua stress dan rasa lelah
setelah seharian beraktivitas seakan hilang bersama tetes demi tetes yang kita
teguk. Tetapi mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa minuman coklat tidak
akan selezat sekarang tanpa jasa dari Belanda. Ya, salah satu tokoh yang
berperan dalam kenikmatan minuman coklat adalah seorang ahli kimia asal Belanda
bernama Coenraad Johannes van Houten. Pada tahun 1828, Coenraad van Houten
berhasil menciptakan metode pembuatan bubuk coklat sehingga lebih mudah diolah
menjadi minuman seperti saat ini. Metode ini kemudian lebih dikenal dengan nama
Dutch process.
Sedikit mundur ke belakang,
sebelum Dutch process diciptakan, coklat sudah dikenal luas oleh masyarakat
dunia, khususnya Eropa. Awalnya, di Eropa coklat dikonsumsi sebagai minuman. Pembuatan
minuman coklat dilakukan dengan menambahkan susu, gula, cinnamon, vanila dan
berbagai bahan lain untuk mengurangi rasa pahit yang ada dalam coklat. Pada
saat itu minuman coklat yang dihasilkan cenderung sulit larut dalam air, kental
dan berminyak, karena tingginya kandungan lemak yang ada di dalam coklat. Kadar
lemak yang tinggi tersebut juga membuat coklat lebih sulit untuk dicerna tubuh.
![]() |
Coenraad Johannes van Houten |
Coenraad van Houten lahir tanggal
15 Maret 1801 di Amsterdam dan merupakan putra dari pasangan Casparus van
Houten dan Arnoldina Koster. Pada tahun 1815, ayahnya membuka sebuah pabrik
coklat, atau tepatnya tempat penggilingan biji coklat. Penemuan Coenraad van
Houten yaitu metode Dutch process sebenarnya adalah penyempurnaan dari penemuan
sebelumnya dari sang Ayah. Casparus van Houten menciptakan sebuah metode
hidrolik yang mampu menurunkan kadar lemak dalam coklat menjadi hampir setengah
dari total awalnya. Bubuk coklat yang dihasilkan dari metode ini adalah ‘cikal
bakal’ dari hampir semua produk coklat yang kemudian banyak beredar.
Coenraad van Houten
menyempurnakan penemuan ayahnya dengan cara mereaksikan ‘cikal bakal’ bubuk
coklat tersebut dengan alkali untuk menurunkan rasa pahit yang ada dalam coklat
tanpa harus menambahkan susu atau gula. Pereaksian coklat dengan alkali inilah yang kemudian disebut Dutch process. Bubuk coklat dari Dutch process ini lebih
mudah larut di dalam air serta sehingga
tentunya memudahkan untuk pengolahan coklat selanjutnya. Dan yang lebih penting, metode ini mudah dilakukan serta tidak memerlukan biaya yang besar untuk pelaksanaannya.
Bubuk coklat penemuan Coenraad
van Houten inilah yang kemudian beredar luas dan dikenal di seluruh penjuru dunia.
Seiring dengan perkembangan teknologi, pengolahan coklat menjadi lebih beraneka
ragam, tidak hanya sekedar minuman. Bubuk coklat Dutch process tetap menjadi
bahan utama di setiap produk coklat yang banyak beredar, baik sebagai minuman,
coklat batangan, kue coklat maupun tetap dalam bentuk bubuk coklat itu sendiri.
Untuk mengenang jasanya, nama Van Houten masih digunakan sebagai merk sebuah produk coklat dari negeri
kincir angin tersebut.
![]() |
Logo Van Houten |
Jadi sekarang, setiap kamu akan
menikmati coklat hangat, ingatlah bahwa ada Belanda di tiap tetes yang kamu
sesap.
Selamat menikmati!
![]() |
Let's fall in chocolate! |
Referensi:
http://en.wikipedia.org/wiki/Coenraad_Johannes_van_Houten
Selasa, 01 Januari 2013
Self Promises
Status salah seorang teman saya bunyinya:
"Pergantian tahun adalah sesuatu yang biasa saja. Perubahan bisa dilakukan kapan saja"
Sebenarnya saya setuju dengan kalimat tersebut, kalo mau berubah mah ngapain harus nunggu tahun baru, mau berubah ya tinggal berubah aja sok. Harus diakui, memang kita kadang tergila-gila dengan perayaan, tergila-gila dengan moment, tergila-gila dengan tanggal.
Contoh: buat yang muda-muda, kita suka ngerayain tanggal jadian, monthversary lah, anniversary lah, dengan alasan buat lebih mengingat kenangan pertama ketemu, pertama jadian, dsb dsb. Padahal kalo mau nginget-nginget semua itu gausah nunggu pas tanggal ketemu atau jadian juga bisa kan? Atau hari Ibu. Kalo mau nunjukin bahwa kita nyayangin atau ngehargain ibu, ga usahlah nunggu tanggal 22 Desember, setiap hari juga bisa kita lakuin kok.
Tapi yah, namanya manusia, 'tempatnya salah dan lupa' kalo menurut salah satu lirik lagu. Mungkin kita memang perlu diingatkan. Diingatkan betapa kita dan pasangan dulu pernah teramat saling jatuh cinta sehingga perasaan masing-masing bisa tetep terjaga. Atau kadang kita ga sadar betapa berartinya ibu buat kita, betapa besar kasih sayang dan pengorbanan yang udah beliau berikan buat kita, dan hari ibu mungkin bisa sedikit mengingatkan kita. Sedikit 'menampar' betapa selama ini ternyata kita kadang tidak mempedulikan ibu kita sendiri *hiks*
Nah, sama halnya kaya tahun baru. Di hari-hari biasa kita pasti suka males mikir dan merenungkan apa-apa aja yang udah kita lakuin, jarang menyediakan waktu khusus buat merefleksikan diri, bermonolog sama diri sendiri, bertekad buat mengubah diri kita (menjadi pribadi yang lebih baik). Mungkin tahun baru adalah moment pengingat kita buat ngelakuin itu semua. Buat lebih banyak komunikasi intrapersonal (tsaaahhh gaya banget istilahnya)
Demikian pula dengan saya, semalam saya lama ngobrol sama diri sendiri, marah-marah sendiri, nyesel-nyesel sendiri, nangis-nangis sendiri, dan akhirnya bikin komitmen sama diri saya sendiri buat setahun depan. Simple, but I know up front that these all are hard to be done.
Di tahun 2013 ini, I promise myself to:
- Accept and love myself more
- Read a lot, write a lot
- Move more, be healthier
- Looking for my passion, and go for it
- Less complaining, be more grateful
- Live life with less drama
Jadi, boleh saya minta 'amin' untuk keinginan-keinginan kecil saya di atas? :D
Amiiiiiin.
Langganan:
Postingan (Atom)