Kayanya saya memang terlalu sering melihat ke 'atas', ke orang-orang yang 'lebih' daripada saya. Lebih cantik, lebih pintar, lebih beruntung, pokoknya lebih. Padahal ketika saya ngobrol dengan teman-teman, ngga jarang juga ada yang bilang bahwa mereka iri sama saya. Iri sama pengalaman saya, sama kehidupan saya yang konon di mata mereka kelihatan 'berwarna' (baca: banyak masalah).
Yah, selamanya rumput tetangga memang akan selalu lebih hijau.
Tapi sekarang, instead of cuma memandang dengan iri rumput tetangga yang jauh lebih hjau, saya lebih memilih untuk merawat dan menghijaukan rumput saya sendiri saja.
Aku merasa seperti melayang. Aku bahkan mulai mempertanyakan apakah ini bulu atau tubuhku. Sekedar sepoi angin bisa menerbangkanku hingga puluhan mil ke depan. Gaya tarik bumi tidak lagi merengkuhku dalam dekapan. Aku melayang.
Yang menahan gerakku hanya genggamanmu. Tangan kita terikat menyatu. Apakah kamu merasakan awan-awan lembut menampar pipi? Apakah matamu juga kenyang memandang pelangi?
Kita semakin dekat dengan sinar cerah di ujung mega. Sinar-entah-apa itu nampaknya memiliki gravitasi yang menarik kita semakin dekat padanya. Menarik terlalu kuat hingga menengok ke belakang pun kita tak bisa.
Apakah jatuh cinta memang membuat kita begitu ringan melangkah?
Karena bersamamu aku tidak merasa memijak tanah.
***
Kerumunan orang itu semakin ramai. "Ada apa?" tanya salah seorang yang baru tiba. Perempuan di sebelahnya menunjuk mobil penyok di depan mereka. "Sepertinya sepasang kekasih. Tangan mereka saling menggenggam."
Sudah lebih dari 15 menit sejak kamu mengucapkan kalimat itu. Berarti sudah 15 menit aku duduk diam menunggu layaknya orang dungu. Dan sudah 15 menit kamu memasang mimik 'sedang serius berpikir' di wajahmu.
"Hey, apalagi sih yang musti dipikirin??"
Rasanya ingin sekali aku meneriakkan pertanyaan ini sambil mengguncang-guncang bahumu.
Ya, apalagi yang sebenarnya musti kamu pikirkan?
Aku kira kedekatan kita selama tiga bulan tidak akan membuatmu harus berpikir sekeras ini. Pergi berdua setiap malam minggu, berjalan bergandengan, menonton bioskop sambil berpegangan tangan, pelukan selamat jalan di depan pagar kos-kosan, saling mengirim pesan singkat sepanjang hari, menelpon hingga ketiduran di tengah malam, bercanda mesra di jejaring-jejaring sosial...
Apakah semuanya masih belum cukup?
Apalagi yang harus kamu pikirkan?
Seingatku kamu tidak harus berpikir selama ini saat membalas ciumanku di hari ulang tahunmu. Kamu pun langsung menerima buket bunga yang kubawa dengan raut wajah yang gembira di suatu malam minggu. Kamu tanpa pikir panjang mengucapkan 'kangen' saat 4 hari berturut-turut kita tidak bertemu.
Lalu apa yang sebenarnya saat ini kamu pikirkan?
Tiba-tiba kamu menegakkan kepalamu dan memandangiku. Selama beberapa menit hanya itu yang kamu lakukan. Aku bisa merasakan jantungku memompa darah lebih kencang dari yang seharusnya. Rasa percaya diri yang kubawa dari rumah seakan luruh pelan-pelan.
Lalu kamu menghembuskan nafas panjang, tersenyum dengan sangat manis.
Sebelum akhirnya mengulurkan
tangan kirimu.
"Maaf ya"
Madu di tangan kananmu, racun di tangan kirimu Aku tak tahu mana yang akan kau berikan padaku...
Akhirnya aku tahu tentang perasaan yang diceritakan pada hampir semua lagu. Selama ini aku hanya mendengar lirik saja, kini aku sendiri yang langsung merasakannya. Makanku tak enak, tidurku tak pernah nyenyak. Aku lebih banyak melamun, membayangkannya kami, dan lalu berakhir dengan tersenyum sendiri. Aku tidak sabar untuk berangkat sekolah hanya agar bisa bertemu dengannya. Berdandan lebih lama dari yang biasanya, agar tampak menarik di matanya. Berpura-pura meminjam pulpen hanya untuk sekedar mengajaknya berbicara.
Tidak, aku tidak gila. Aku hanya jatuh cinta.
***
Dear diary,
Hari ini kami bermain bersama sepulang sekolah. Sebenarnya biasa saja, hanya duduk-duduk sembari berbagi cerita. Tapi kurasa hal sesederhana apapun pasti akan terasa istimewa jika dilakukan bersamanya. Kemudian kami makan bakso di seberang sekolah. Dia mengandeng tanganku saat akan menyeberang. Aku bisa merasakan jantungku berdebar lebih kencang. Aku sangat gugup. Gugup sekaligus senang.
***
Dear diary,
Hari ini aku bercerita tentang dia pada mama. Mama marah besar. Kata mama aku masih kecil, tidak tahu apa-apa tentang cinta. Kata mama aku tidak boleh dekat-dekat lagi dengannya. Tidak boleh main bersamanya, bahkan tidak boleh sekedar meneleponnya. Aku sedih. Sedih sekali.
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa aku tidak boleh jatuh cinta padanya?
Kenapa?
Kenapa aku tidak boleh jatuh cinta pada perempuan pilihanku