Selasa, 11 September 2012

Calon Pengantin

jangan kau tinggalkan
bila kekasih mengetuk pintu
(Baju Pengantin - Chrisye)


Dia datang. Refleks aku tersenyum. Tapi senyumanku berangsur memudar melihat tiga orang di belakangnya. Pasti kami berdua tidak akan mengobrol banyak apabila dia datang bersama bapak-bapak itu. "Nasi campur empat" kata salah satu bapak yang berjanggut paling panjang. Aku tidak menjawab, hanya bergegas menyiapkan pesanan tersebut. Sekilas aku meliriknya, dia ternyata juga tengah memperhatikanku. Kurasakan pipiku memerah.

***

Aku agak kecewa mereka turut serta bersamaku. padahal mungkin ini kesempatan terakhirku bertemu dengannya. Terakhir? Sebenarnya hanya aku yang bisa menetukan apakah ini yang terakhir atau bukan. Tapi aku sudah sejauh ini. Hari H sudah dekat. Aku tidak bisa mundur lagi. Tidak bisa? Entahlah. Terlalu banyak pikiran di kepalaku. Mungkin semuanya tidak akan sesulit ini apabila aku bertemu dengannya lebih awal. Atau justru bertemu dengannya lebih awal pun tidak akan mengubah apa-apa? Aku mengenyahkan semua pikiran dari kepalaku dan mencoba fokus pada diskusi kami. Tapi mataku entah mengapa seperti terpaku ke arahnya. Dia sempat mencuri pandang padaku, kemudian membuang muka malu-malu. Manis sekali. Seandainya...

"Besok kita laksanakan." tepukan di bahu membuyarkanku dari lamunan. 

Aku diam. Tidak menjawab. Dan pernyataan itu memang tidak membutuhkan jawaban.

***

Aku bersiap menutup warung ketika dari kejauhan aku melihatnya setengah berlari menuju arahku. Seperti biasa dia memberi salam yang kali ini kujawab sambil susah payah menyembunyikan senyumanku. "Masih ada nasi?" tanyanya. Aku mengangguk pelan. Kusiapkan nasi pesanannya sambil sesekali meliriknya. Dia nampak gelisah. Dia memang selalu kelihatan gelisah, tapi kali ini aku tahu ada sesuatu yang tidak beres. "Tadi bukannya sudah makan?" tanyaku saat menyodorkan piring ke meja di hadapannya. Dia hanya tersenyum sejenak, lalu menjawab, "Mumpung masih bisa." Mungkin karena melihatku mengernyit heran, dia kemudian menyambung singkat "Udah laper lagi". Aku tengah membereskan piring-piring yang baru selesai dicuci ketika tiba-tiba dia bertanya "Lagu ini yang nyanyi siapa ya?". Ini adalah lagu saat dia pertama datang ke sini kira-kira sebulan yang lalu. Aku ingat sekali. "Kalau dari suaranya sepertinya Chrisye."

Kalimat singkat darinya kemudian mampu membuatku terkejut, sekaligus senang. Sangat senang.
"Ini kan lagu yang sama seperti waktu saya pertama kali ke sini."

Ah, dia juga ingat rupanya.

***

Hari ini akhirnya tiba juga. Untuk beberapa menit otakku memutar ulang kembali sepotong demi sepotong peristiwa kemarin sore. Sore yang mungkin adalah sore paling indah buatku. Padahal tidak ada apa-apa. Hanya obrolan-obrolan singkat, tentang lagu, tentang harga-harga yang naik, tapi entah kenapa saat itu rasa bahagia memenuhi dadaku. Bahkan hanya membayangkannya kembali seperti ini pun aku masih bisa merasakan bahagia itu. 

Tapi aku tahu semuanya hanya kebahagiaan fana. Karena bahagia yang abadi adalah episode setelah ini.

Aku melangkah mantap. Apapun tidak akan menghentikan perjuanganku. Apapun. 
 
"Allahu Akbar"

....


*** 

Ketukan di pintu membuatku beranjak dari depan TV yang tengah menayangkan berita bom bunuh diri terbaru. Aku bertanya-tanya siapa yang datang. Ini masih terlalu pagi untuk sarapan, warung juga belum waktunya buka. 
Bapak penjaga masjid berdiri di luar, mengucap salam lalu mengulurkan amplop putih. Aku bisa merasakan senyum tersungging di bibirku saat bapak itu menyebut amplop itu adalah dari pemuda yang sebulan ini memenuhi pikiranku, ya amplop itu darinya. "Tadi dititipkan setelah selesai sholat Shubuh berjamaah". Kuucapkan terimakasih lalu kembali masuk ke dalam rumah. Bisa kurasakan jantungku berdebar lebih cepat dari yang seharusnya. Kubuka amplop itu perlahan. Sepucuk surat. Isinya hanya bacaan basmalah dalam tulisan arab dan sepotong kalimat,

"Kini telah kujumpa, air sejuk pelepas haus dahaga"

Entah kenapa airmataku menetes. Mungkin karena aku tahu, ini bukan surat cinta.

Ini surat wasiat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar